Dijelaskan pada video bahwa vitamin C dapat dilakukan titrasi dengan menggunakan larutan NaOH, Jelaskan bagaimana solusi yang dapat dilakukan apabila telah menggunakan larutan NaOH sebagai larutan standar sekunder namun tidak mencapai titik akhir titrasi?
Titik ekuivalen harus diketahui. Indikator yang memberikan perubahan warna, atau
sangat dekat dengan titik ekuivalen yang sering digunakan. Salah satunya dengan
mengetahui perubahan warna larutan pada saat proses titrasi berlangsung, Solusi yang dapat diupayakan dalam hal ini adalah dengan memilih indikator yang tepat pada saat titrasi, yakni indikator yang mengalami perubahan warna atau trayek pH di sekitar titik ekivalen.
Prinsip Kerja Alat Secara Keseluruhan
pH meter dimasukkan ke dalam larutan vitamin C, yang kemudian akan digunakan
untuk mengukur tegangan larutan selama proses titrasi asam basa. Keluaran dari pHmeter berupa sinyal analog yang masih lemah, kemudian dikuatkan dengan penguat tegangan
agar sinyalnya mampu dibaca oleh ADC. Keluaran dari penguat tegangan yang masih
merupakan sinyal analog tersebut kemudian di konversikan ke dalam sinyal digital oleh
ADC.
Apabila sinyal yang diterima oleh Mikrokontroller telah membaca angka pH 7
hingga lima kali, maka proses titrasi dihentikan. Sedangan sensor konduktivitas berfungsi
untuk menghitung tetesan NaOH yang dibutuhkan selama proses titrasi tersebut
berlangsung. Sinyal sensor konduktivitas diterima oleh MK AT89S51 hingga titrasi
dihentikan, masukan dari sensor konduktivitas tersebut dapat diproses untuk menghitung
kadar vitamin C dengan menghitung jumlah tetesan NaOH. Data tersebut kemudian
dihitung dan dapat ditampilkan pada LCD.
Disebutkan bahwa alat otomatis pada penentuan kadar vitamin C bekerja menggunakan salah satunya yaitu sensor sensitifitas, bagaimana cara sensor itu bekerja mengenali zat yang dipakai, apakah sensor itu dapat bekerja dgn baik walaupun menggunakan berbagai zat?
Karakteristik sensor kimia ditentukan dari sejauh mana sensor tersebut memiliki
kemampuan yang baik dalam mengenali zat yang ingin dideteksinya. Kemampuan
mendeteksi zat tersebut meliputi:
1. Sensitifitas, yaitu ukuran seberapa sensitif sensor mengenali zat yang dideteksinya.
Sensor yang baik akan mampu mendeteksi zat meskipun jumlah zat tersebut sangat
sedikit dibandingkan gas disekelilingnya. Sebagai gambaran sebuah riset dengan
menggunakan material nano porous terhadap gas NO2 sudah mampu mendeteksi gas
NO2 hanya dengan jumlah 300 ppb (part per billion), artinya sejumlah 300 partikel NO2
yang ada dalam 1 milyar partikel udara sudah bisa membuat sensor ini mendeteksi
keberadaannya.
2. Selektifitas, yaitu sejauh mana sensor memiliki kemampuan menyeleksi gas atau cairan
yang ingin dideteksinya. Sifat ini tidak kalah penting dengan senitifitas mengingat gas
atau cairan yang dideteksi tentunya akan bercampur dengan zat lain yang ada
disekelilingnya.
3. Waktu respon dan waktu recovery, yaitu waktu yang dibutuhkan sensor untuk mengenali
zat yang dideteksinya.Semakin cepat waktu respon dan waktu recoveri maka semakin
baik sensor tersebut. Beberapa gas berbahaya bahkan dapat sangat cepat bereaksi
dengan tubuh manusia yang dapat berakibat sangat fatal seperti gas CO2 atau NO2 yang
dalam hitungan dibawah 5 menit dapat mengakibatkan kematian. Karenanya
kemampuan mendeteksi gas seperti ini harulah lebih cepat dari kemampuan gas tersebut
beraksi dengan tubuh manusia.
4. Stabilitas dan daya tahan, yaitu sejauh mana sensor dapat secara konsisten memberikan
besar sensitifitas yang sama untuk suatu gas, serta seberapa lama sensor tersebut dapat
terus digunakan.
Adapun kesalahan
tersebut bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya proses pembuatan
larutan sample yang tidak sesuai dengan prosedur, pencucian pH yang kurang bersih,
penyimpanan larutan dan wadah titrasi yang menyebabkan mudahnya larutan vitamin C
teroksidasi sehingga kadar vitamin C pada larutan berubah.
Dijelaskan pada video bahwa vitamin C dapat dilakukan titrasi dengan menggunakan larutan NaOH, Jelaskan bagaimana solusi yang dapat dilakukan apabila telah menggunakan larutan NaOH sebagai larutan standar sekunder namun tidak mencapai titik akhir titrasi?
BalasHapusTitik ekuivalen harus diketahui. Indikator yang memberikan perubahan warna, atau
Hapussangat dekat dengan titik ekuivalen yang sering digunakan. Salah satunya dengan
mengetahui perubahan warna larutan pada saat proses titrasi berlangsung, Solusi yang dapat diupayakan dalam hal ini adalah dengan memilih indikator yang tepat pada saat titrasi, yakni indikator yang mengalami perubahan warna atau trayek pH di sekitar titik ekivalen.
bagaimana cara kerja alat otomatisasi tersebut bekerja sehingga dapat mengetahui dan mengukur kadar vitamiin C dengan baik dan akurat?
BalasHapusPrinsip Kerja Alat Secara Keseluruhan
HapuspH meter dimasukkan ke dalam larutan vitamin C, yang kemudian akan digunakan
untuk mengukur tegangan larutan selama proses titrasi asam basa. Keluaran dari pHmeter berupa sinyal analog yang masih lemah, kemudian dikuatkan dengan penguat tegangan
agar sinyalnya mampu dibaca oleh ADC. Keluaran dari penguat tegangan yang masih
merupakan sinyal analog tersebut kemudian di konversikan ke dalam sinyal digital oleh
ADC.
Apabila sinyal yang diterima oleh Mikrokontroller telah membaca angka pH 7
hingga lima kali, maka proses titrasi dihentikan. Sedangan sensor konduktivitas berfungsi
untuk menghitung tetesan NaOH yang dibutuhkan selama proses titrasi tersebut
berlangsung. Sinyal sensor konduktivitas diterima oleh MK AT89S51 hingga titrasi
dihentikan, masukan dari sensor konduktivitas tersebut dapat diproses untuk menghitung
kadar vitamin C dengan menghitung jumlah tetesan NaOH. Data tersebut kemudian
dihitung dan dapat ditampilkan pada LCD.
Disebutkan bahwa alat otomatis pada penentuan kadar vitamin C bekerja menggunakan salah satunya yaitu sensor sensitifitas, bagaimana cara sensor itu bekerja mengenali zat yang dipakai, apakah sensor itu dapat bekerja dgn baik walaupun menggunakan berbagai zat?
HapusKarakteristik sensor kimia ditentukan dari sejauh mana sensor tersebut memiliki
Hapuskemampuan yang baik dalam mengenali zat yang ingin dideteksinya. Kemampuan
mendeteksi zat tersebut meliputi:
1. Sensitifitas, yaitu ukuran seberapa sensitif sensor mengenali zat yang dideteksinya.
Sensor yang baik akan mampu mendeteksi zat meskipun jumlah zat tersebut sangat
sedikit dibandingkan gas disekelilingnya. Sebagai gambaran sebuah riset dengan
menggunakan material nano porous terhadap gas NO2 sudah mampu mendeteksi gas
NO2 hanya dengan jumlah 300 ppb (part per billion), artinya sejumlah 300 partikel NO2
yang ada dalam 1 milyar partikel udara sudah bisa membuat sensor ini mendeteksi
keberadaannya.
2. Selektifitas, yaitu sejauh mana sensor memiliki kemampuan menyeleksi gas atau cairan
yang ingin dideteksinya. Sifat ini tidak kalah penting dengan senitifitas mengingat gas
atau cairan yang dideteksi tentunya akan bercampur dengan zat lain yang ada
disekelilingnya.
3. Waktu respon dan waktu recovery, yaitu waktu yang dibutuhkan sensor untuk mengenali
zat yang dideteksinya.Semakin cepat waktu respon dan waktu recoveri maka semakin
baik sensor tersebut. Beberapa gas berbahaya bahkan dapat sangat cepat bereaksi
dengan tubuh manusia yang dapat berakibat sangat fatal seperti gas CO2 atau NO2 yang
dalam hitungan dibawah 5 menit dapat mengakibatkan kematian. Karenanya
kemampuan mendeteksi gas seperti ini harulah lebih cepat dari kemampuan gas tersebut
beraksi dengan tubuh manusia.
4. Stabilitas dan daya tahan, yaitu sejauh mana sensor dapat secara konsisten memberikan
besar sensitifitas yang sama untuk suatu gas, serta seberapa lama sensor tersebut dapat
terus digunakan.
Adapun kesalahan
BalasHapustersebut bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya proses pembuatan
larutan sample yang tidak sesuai dengan prosedur, pencucian pH yang kurang bersih,
penyimpanan larutan dan wadah titrasi yang menyebabkan mudahnya larutan vitamin C
teroksidasi sehingga kadar vitamin C pada larutan berubah.
dari video anda jelaskan ,
BalasHapusMengapa dalam titrasi asam basa diperlukan indikator , apa pengaruh nya jika hasil titrasi tidak menggunakan indikator?